KUANTITAS DAN KUALITAS AIR
Tugas Pengembangan Sumber Daya Air
Oleh : Jalfian Djalim
NPM : 16 630 100
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DAYANU IKHSANUDDIN
BAUBAU
2018
Kuantitas dan Kualitas Air
Dalam Fase Siklus Hidrologi,
kuantitas air tidak berubah, namun wujudnya saja yang berubah. Kuantitas air di
dunia seperti dibawah ini:
· Air di daratan 2,8
o Danau air tawar 0,009
o Danau air asin dan laut daratan 0,008
o Sungai 0,0001
o Kelembaban tanah dan air vadose 0,005
o Air tanah sampai kedalaman 4000 m 0,61
o Es dan
glaciers 2,14
· Air di Atmosfir 0,001
Pengertian
Manajemen Kualitas Air
Air merupakan media internal dan
eksternal bagi organisme di perairan. Dalam dunia budidaya, kualias air
didefinisikan sebagai kesesuaian air untuk kelangsungan hidup dan pertumbuhan
organisme perairan. Pengelolaan kualitas air dimaksudkan untuk meningkatkan dan
mempertahankan kualitas air agar layak bagi kehidupan organisme yang
dibudidayakan.
Kualitas air adalah kondisi
kalitatif air yang diukur dan atau di uji berdasarkan parameter-parameter
tertentu dan metode tertentu berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku (Pasal 1 keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 115 tahun
2003). Kualitas air dapat dinyatakan dengan parameter kualitas air. Parameter
ini meliputi parameter fisik, kimia, dan mikrobiologis (Masduqi,2009).
Menurut
Acehpedia (2010), kualitas air dapat diketahui dengan melakukan pengujian
tertentu terhadap air tersebut. Pengujian yang dilakukan adalah uji kimia,
fisik, biologi, atau uji kenampakan (bau dan warna). Pengelolaan kualitas air
adalah upaya pemaliharaan air sehingga tercapai kualitas air yang diinginkan
sesuai peruntukannya untuk menjamin agar kondisi air tetap dalam kondisi
alamiahnya.
Jadi, Manajemen kualitas air adalah
Suatu usaha untuk menjaga kondisi air tetap dalam kondisi baik untuk budidaya
ikan dengan memperhatikan faktor fisik, kimia dan biologinya.
Fisika meliputi : Suhu, Cahaya, Kecerahan, Warna air,
Kekeruhan, Padatan tersuspensi, Kimia meliputi : pH, DO (oksigen terlarut),
amonia, CO2 dan Nitrogen, dan Biologi meliputi:
Plankton dan
bakteri
Konsep
Kualitas Air
Identifikasi kualitas air dengan
melakukan pengukuran dan analisis kualitas air dapat dilakukan dengan pemahaman
yang baik pada konsep dasar fisika tentang resistivitas dan konduktivitas,
serta konsep dasar kimia tentang larutan asam, basa, garam, larutan buffer, dan
hidrolisis garam. Korelasi nilai hambatan dengan kualitas air menggunakan
konsep sifat air sangat murni (ultrapure water) yang dikembangkan oleh
Bevilacqua.
Nilai resistivitas atau nilai
hambatan adalah nilai kemampuan air untuk menghambat arus listrik sedangkan
nilai konduktivitas atau nilai hantaran adalah nilai kemampuan air untuk
menghantarkan arus listrik. Nilai resistivitas dan nilai konduktivitas
merupakan nilai yang saling berbanding terbalik dimana makin besar nilai
resistivitas, makin kecil nilai konduktivitas, dan sebaliknya makin kecil nilai
resistivitas, makin besar nilai konduktivitas. Nilai resistivitas maupun
konduktivitas sangat dipengaruhi olehkandungan ion-ion yang terlarut dalam air.
Ion-ion yang terlarut dalam air memberikan pengaruh pada sifat kimia air
apakah air bersifat masam, basis, atau netral. Menurut Arrhenius, senyawa asam
merupakan senyawa yang melepas ion H+ saat terjadi ionisasi
sedangkansenyawa basa adalah senyawa yang melepas ion OH- saat
terjadi ionisasi.
Berdasarkan pemahaman tersebut maka
air menurut Arrhenius memiliki sifat dualisme yaitu bersifat asam maupun basa
karena saat terjadi ionisasi, air melepas ion H+dan OH-. Menggunakan konsep
Arrhenius tersebut dan konsep air sangat murni (ultrapure water) maka air
memiliki dua potensi yang seimbang untuk menjadi asam maupun basa. Karena dua
potensi yang seimbang tersebut maka masing-masing ion memiliki nilai beda
potensial yang sama. Air sangat murni yang diteliti oleh Bevilacqua masih memiliki
nilai hambatan, walau hambatan nilai air sangat murni besar sekali namun air
sangat murni tersebut untuk kajian kajian mendalam tentang sifat-sifat semi
konduktor belum dapat dianggap memiliki hambatan yang tak hingga. Mengacu pada
konsep air sangat murni maka semakin besar nilai resistivitas akan menunjukkan
kemurnian air yang semakin tinggi sedangkan semakin kecil nilai resistivitas
akan menunjukkan tingkat kemurnian air yang semakin rendah. Berdasarkan
penelitian Anthony C Bevilacqua, penyebab ketidakmurnian air dunia
pada umumnya adalah adanya campuran dari tiga macam senayawa yaitu HCl
untuk senyawa asam, NaOH untuk senyawa basa, dan NaCl untuk senyawa garam.
Pendekatan secara fisika untuk menduga kandungan kimia air dapat dilakukan
melalui penggunaan konsep asam-basa Bronsted-Lowry. Konsep asam-basa
Bronsted-Lowry adalah konsep asam-basa yang digunakan pada ilmu kimia modern
dimana konsep ini juga memberikan penjelasan tentang dua sifat netral air yang
dapat berasa asin maupun berasa tawar. Sifat air yang diukur dengan parameter
pH untuk sifat air dapat berarti bahwa air tersebut murni tidak mengadung zat
asam-basa atau pun tidak murni yaitu air dapat mengandung asam, basa, ataupun
keduanya. Menurut Bronsted-Lowry, Asam merupakan senyawa yang melepaskan ion H+ sedangkan
basa adalah senyawa yang menangkap ion H+. Senyawa asam yang melepas ion H+
disebut dengan basa konjugasi sedangkan senyawa basa yang menangkap ion H+
disebut asam konjugasi. Baik asam maupun basa memiliki sifat elektrolit yang
berbeda-beda. Asam atau basa yang menghantarkan listrik dengan baik disebut
dengan asam atau basa kuat sedangkan asam atau basa yang menghantarkan listrik
dengan lemah disebut asam atau basa lemah. Air yang mengandung senyawa asam dan
basa sekaligus akan memiliki sifat-sifat yang berbeda yang
bergantung pada kekuatan asam atau basa yang terlarut. Air yang mengandung
senyawa asam kuat dan basa kuat akan memiliki sifat netral dengan rasa yang
asin. Air yang mengandung senyawa asam kuat dan basa lemah akan memiliki sifat
masam dengan rasa asam. Air yang mengandung senyawa basa kuat dan asam lemah
akan memiliki sifat basis dengan rasa basa. Air yang mengandung senyawa asam
lemah dan basa lemah akan memiliki sifat dan rasa yang dikontrol oleh dominasi
kekuatan asam atau basa yang terlarut. Pengukuran pH, nilai hambatan, dan
analisis lingkungan perairan akan dapat digunakan untuk menganalisis
kemungkinan kandungan kimia pada air.
Parameter
Baku Mutu
Dalam kasus-kasus pencemaran
perairan, baik itu laut, sungai, danau maupun waduk, seringkali diberitakan
bahwa nilai BOD dan COD perairan telah melebihi baku mutu. Atau sebaliknya,
pada kasus pencemaran lainnya yang mendapat protes dari masyarakat sehubungan
dengan adanya limbah industri, ditanggapi dengan dalih bahwa nilai BOD dan COD
perairan masih memenuhi baku mutu. Dalam salah satu harian (Kompas edisi Senin,
12 Desember 1994) juga terdapat suatu berita dengan judul “Sebaiknya, parameter
BOD dan COD tak dipakai penentu baku mutu limbah” yang kurang lebih merupakan pendapat
dari salah satu pakar bioremediasi lingkungan dari Universitas Sriwijaya,
Palembang. Menurut pakar tersebut, dalam banyak kasus kesimpulan yang hanya
didasarkan pada hasil analisis BOD dan COD (juga pH) belum merupakan jawaban
ada tidaknya pencemaran lingkungan oleh suatu industri. Di sisi lain, BOD dan
COD adalah parameter yang menjadi baku mutu berbagai air limbah industri selain
beberapa parameter kunci lainnya. Nampaknya terdapat persepsi pada sementara
kalangan yang menempatkan BOD dan COD agak berlebihan dari yang seharusnya.
Sehubungan dengan hal tersebut, dalam tulisan ini akan dikaji apa itu
sebenarnya BOD dan COD, bagaimana cara atau prinsip pengukurannya, dan apakah
memang sebaiknya tidak dipakai sebagai penentu baku mutu air limbah.
Pengertian BOD dan COD
BOD atau Biochemical Oxygen Demand
adalah suatu karakteristik yang menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang
diperlukan oleh mikroorganisme (biasanya bakteri) untuk mengurai atau
mendekomposisi bahan organik dalam kondisi aerobik (Umaly dan Cuvin, 1988; Metcalf
& Eddy, 1991). Ditegaskan lagi oleh Boyd (1990), bahwa bahan organik yang
terdekomposisi dalam BOD adalah bahan organik yang siap terdekomposisi (readily
decomposable organic matter). Mays (1996) mengartikan BOD sebagai suatu ukuran
jumlah oksigen yang digunakan oleh populasi mikroba yang terkandung dalam
perairan sebagai respon terhadap masuknya bahan organik yang dapat diurai. Dari
pengertianpengertian ini dapat dikatakan bahwa walaupun nilai BOD menyatakan
jumlah oksigen, tetapi untuk mudahnya dapat juga diartikan sebagai gambaran
jumlah bahan organik mudah urai (biodegradable organics) yang ada di perairan.
Sedangkan COD atau Chemical Oxygen
Demand adalah jumlah oksigen yang diperlukan untuk mengurai seluruh bahan
organik yang terkandung dalam air (Boyd, 1990). Hal ini karena bahan organik
yang ada sengaja diurai secara kimia dengan menggunakan oksidator kuat kalium
bikromat pada kondisi asam dan panas dengan katalisator perak sulfat (Boyd,
1990; Metcalf & Eddy, 1991), sehingga segala macam bahan organik, baik yang
mudah urai maupun yang kompleks dan sulit urai, akan teroksidasi. Dengan
demikian, selisih nilai antara COD dan BOD memberikan gambaran besarnya bahan
organik yang sulit urai yang ada di perairan. Bisa saja nilai BOD sama dengan
COD, tetapi BOD tidak bisa lebih besar dari COD. Jadi COD menggambarkan jumlah
total bahan organik yang ada.
Parameter Kualitas Air
a. Parameter Fisika
1) Kecerahan
Kecerahan adalah parameter fisika
yang erat kaitannya dengan proses fotosintesis pada suatu ekosistem perairan.
Kecerahan yang tinggi menunjukkan daya tembus cahaya matahari yang jauh kedalam
Perairan.. Begitu pula sebaliknya(Erikarianto,2008).
Menurut
Kordi dan Andi (2009), kecerahan adalah sebagian cahaya yang diteruskan kedalam
air dan dinyetakan dalam (%). Kemampuan cahaya matahari untuk tembus sampai
kedasar perairan dipengaruhi oleh kekeruhan (turbidity) air. Dengan mengetahui
kecerahan suatu perairan, kita dapat mengetahui sampai dimana masih ada
kemungkinan terjadi proses asimilasi dalam air, lapisan-lapisan manakah yang
tidak keruh, yang agak keruh, dan yang paling keruh. Air yang tidak terlampau
keruh dan tidak pula terlampau jernih, baik untuk kehidupan ikan dan udang
budidaya.
2) Suhu
Menurut Nontji (1987), suhu air
merupakan faktor yang banyak mendapat perhatian dalam pengkajian- pengkajian
kaelautan. Data suhu air dapat dimanfaatkan bukan saja untuk mempelajari
gejala-gejala fisika didalam laut, tetapi juga dengan kaitannya kehidupan hewan
atau tumbuhan. Bahkan dapat juga dimanfaatkan untuk pengkajian meteorologi.
Suhu air dipermukaan dipengaruhi oleh kondisi meteorologi. Faktor- faktor
metereolohi yang berperan disini adalah curah hujan, penguapan, kelembaban
udara, suhu udara, kecepatan angin, dan radiasi matahari.
Suhu
mempengaruhi aktivitas metabolisme organisme, karena itu penyebaran organisme
baik dilautan maupun diperairan tawar dibatasi oleh suhu perairan tersebut.
Suhu sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kehidupan biota air. Secara
umum, laju pertumbuhan meningkat sejalan dengan kenaikan suhu, dapat menekan
kehidupan hewan budidaya bahkan menyebabkan kematian bila peningkatan suhu
sampai ekstrim(drastis)(Kordi dan Andi,2009).
3) Kekeruhan
Kekeruhan air dapat dianggap sebagai
indikator kemampuan air dalam meloloskan cahaya yang jatuh kebadan air, apakah
cahaya tersebut kemudian disebarkan atau diserap oleh air. Semakin kecil
tingkat kekeruhan suatu perairan, semakin dalam cahaya dapat masuk kedalam
badan air, dan demikian semakin besar kesempatan bagi vegetasi akuatis untuk
melakukan proses fotosintesis (Asdak, 2007).
4) Kepadatan (density/berat
jenis)
Pada suhu 4 oC-(3,95oC
) air murni mempunyai kepadatan yang maksimum yaitu 1 (satu), sehingga kalau
suhu air naik, lebih tinggi dari 4oC kepadatan/berat jenisnya akan
turun, demikian juga kalau suhunyanlebih rendah dari 4oC. Sifat air
yang demikian itu, maka akan terjadi pelapisan-pelapisan suhu air padandanau
atau perairan dalam, yaitu pada lapisan dalam suatu perairan suhu air
makin rendah disbanding pada permukaan air. Akan tetapi bila air membeku jadi
es, es tersebut akan terapung. Akibat dari sifat tersebut akan menimbulkan
pergolakan/perpindahan massa air dalam perairan tersebut, baik secara vertikal
maupun horizontal. Sifat air ini mengakibatkan pada perairan didaerah yang
beriklim dingin yang membeku perairannya hanya pada bagian atasnya saja
sedangkan pada bagian bawahnya masih berupa cairan sehingga kehidupan organisme
akuatik masih tetap berlangsung. Selain itu keuntungan adanya gerakan air ini
dapat mendistribusikan/ menyebarkan berbagai zat ke seluruh perairan, sebagai
sumber mineral bagi fitoplankton dan fitoplankton sebagai makanan ikan maupun
hewan air lainnya.
Dasar perairan adalah merupakan
akumulasi pengendapan mineral-mineral yang merupakan persediaan “nutrient” yang
akan dimanfaatkan oleh mahluk hidup (yang pada umumnya tinggal didaerah
permukaan air karena mendapatkan sinar matahari yang cukup). Pada perairan yang
oligotrof (cukup banyak mengandung mineral), aliran vertikal tidak banyak
membawa keberuntungan, justru sebaliknya dapat mengendapkan mineral-mineral
yang datang dari tempat lain kedasar perairan, mineral-mineral tersebut akan di
absorbsi oleh dasar perairan .Sedangkan kerugian adanya aliran air ini adalah
terutama aliran air yang vertikal sering menimbulkan “upwalling” pada
danau-danau, sehingga menyebabkan keracunan dan kematian ikan secara masal. Hal
ini disebabkan kondisi air yang anaerob (oksigen rendah) dan zat-zat beracun
dari dasar perairan akan naik kepermukaan air.
5) Salinitas
Salinitas adalah konsentrasi dari
total ion yang terdapat didalam perairan. Pengertian salinitas yang sangat
mudah dipahami adalah jumlah kadar garam yang terdapat pada suatu perairan. Hal
ini dikarenakan salinitas ini merupakan gambaran tentang padatan total didalam
air setelah menjadi oksida, semua bromida dan iodida digantikan oleh
chlorida dan semua bahan organik telah dioksidasi. Pengertian salinitas yang
lainnya adalah jumlah segala macam garam yang terdapat dalam 1000 gr air
contoh. Garam-garam yang ada di air payau atau air laut pada umumnya adalah Na,
Cl, NaCl, MgSO4 yang menyebabkan rasa pahit pada air laut, KNO3 dan lainlain.
Salinitas dapat dilakukan pengukuran dengan menggunakan alat yang disebut
dengan Refraktometer atau salinometer. Satuan untuk pengukuran salinitas adalah
satuan gram per kilogram (ppt) atau promil (o/oo). Nilai salinitas untuk
perairan tawar biasanya berkisar antara 0–5 ppt, perairan payau biasanya
berkisar antara 6–29 ppt dan perairan laut berkisar antara 30–35 ppt.
b. Parameter Kimia
1) pH
Menurut Andayani(2005), pH adalah
cerminan derajat keasaman yang diukur dari jumlah ion hidrogen menggunakan
rumus pH = -log (H+). Air murni terdiri dari ion H+dan OH- dalam jumlah
berimbang hingga Ph air murni biasa 7. Makin banyak banyak ion OH+ dalam
cairan makin rendah ion H+ dan makin tinggi pH. Cairan demikian disebut
cairan alkalis. Sebaliknya, makin banyak H+makin rendah PH dan cairan tersebut
bersifat masam. Ph antara 7 – 9 sangat memadai kehidupan bagi air tambak.
Namun, pada keadaan tertantu, dimana air dasar tambak memiliki potensi
keasaman, pH air dapat turun hingga mencapai 4.
pH
air mempengaruhi tangkat kesuburan perairan karena mempengaruhi kehidupan jasad
renik. Perairan asam akan kurang produktif, malah dapat membunuh hewan budidaya.
Pada pH rendah( keasaman tinggi), kandungan oksigan terlarut akan
berkurang, sebagai akibatnya konsumsi oksigen menurun, aktivitas naik dan
selera makan akan berkurang. Hal ini sebaliknya terjadi pada suasana basa. Atas
dasar ini, maka usaha budidaya perairan akan berhasil baik dalam air dengan pH
6,5 – 9.0 dan kisaran optimal adalah ph 7,5 – 8,7(Kordi dan Andi,2009).
2) Oksigan Terlarut / DO
Mnurut Wibisono (2005), konsentrasi
gas oksigen sangat dipengaruhi oleh suhu, makin tinggi suhu, makin berkurang
tingkat kelarutan oksigen. Dilaut, oksigen terlarut (Dissolved Oxygen / DO)
berasal dari dua sumber, yakni dari atmosfer dan dari hasil proses fotosintesis
fitoplankton dan berjenis tanaman laut. Keberadaan oksigen terlarut ini sangat
memungkinkan untuk langsung dimanfaatkan bagi kebanyakan organisme untuk
kehidupan, antara lain pada proses respirasi dimana oksigen diperlukan untuk
pembakaran (metabolisme) bahan organik sehingga terbentuk energi yang diikuti
dengan pembentukan Co2 dan H20.
Oksigen
yang diperlukan biota air untuk pernafasannya harus terlarut dalam air. Oksigen
merupakan salah satu faktor pembatas, sehinnga bila ketersediaannya didalam air
tidak mencukupi kebutuhan biota budidaya, maka segal aktivitas biota akan terhambat.
Kebutuhan oksigen pada ikan mempunyai kepentingan pada dua aspek, yaitu
kebutuhan lingkungan bagi spesies tertentu dan kebutuhan konsumtif yang
terandung pada metabolisme ikan(Kordi dan Andi,2009).
3) CO2
Karbondioksida
(Co2), merupakan gas yang dibutuhkan oleh tumbuh-tumbuhan air renik maupun
tinhkat tinggi untuk melakukan proses fotosintesis. Meskipun peranan
karbondioksida sangat besar bagi kehidupan organisme air, namun kandungannya
yang berlebihan sangat menganggu, bahkan menjadi racu secara langsung bagi
biota budidaya, terutama dikolam dan ditambak(Kordi dan Andi,2009).
Meskipun
presentase karbondioksida di atmosfer relatif kecil, akan tetapi keberadaan
karbondioksida di perairan relatif banyak,kerana karbondioksida memiliki
kelarutan yang relatif banyak.
4) Amonia
Makin
tinggi pH, air tambak/kolam, daya racun amnia semakin meningkat, sebab sebagian
besar berada dalam bentuk NH3, sedangkan amonia dalam molekul (NH3) lebih
beracun daripada yang berbentuk ion (NH4+). Amonia dalam bentuk molekul dapat
bagian membran sel lebih cepat daripada ion NH4+ (Kordi dan Andi,2009).
Menurut
Andayani(2005), sumber amonia dalam air kolam adalah eksresi amonia
oleh ikan dan crustacea. Jumlah amonia yang dieksresikan oleh ikan
bisa diestimasikan dari penggunaan protei netto( Pertambahan protein pakan-
protein ikan) dan protein prosentase dalam pakan dengan rumus :
Amonia – Nitrogen (g/kg pakan) = (1-0-
NPU)(protein+6,25)(1000)
Keterangan : NPU : Net protein Utilization
/penggunaan protein netto
Protein
: protein dalam pakan
6,25
: Rati rata-rata dari jumlah nitrogen.
5) Nitrat nitrogen
Menurut
Susana (2002), senyawa kimia nitrogen urea (N-urea) ,algae memanfaatkan senyawa
tersebut untuk pertumbuhannya sebagai sumber nitrogen yang berasal dari senyawa
nitrogen-organik. Beberapa bentuk senyawa nitrogen (organik dan anorganik) yang
terdapat dalam perairan konsentrasinya lambat laun akan berubah bila didalamnya
ada faktor yang mempengaruhinya sehingga antara lain akn menyebabkan suatu
permasalahan tersendiri dalam perairan tersebut.
Menurut
Andayani(2005), konsentasi nitrogen organik di perairan yang tidak terpolusi
sangat beraneka ragam. Bahkan konsentrasi amonia nitrogen tinggi pada kolam
yang diberi pupuk daripada yang hanya biberi pakan. Nitrogen juga mengandung
bahan organik terlarut. Konsentrsi organik nitrogan umumnya dibawah 1mg/liter
pada perairan yang tidak polutan. Dan pada perairan yang planktonya blooming
dapat meningkat menjadi 2-3 mg/liter.
6) Orthophospat
Menurut
Andayani (2005), orthophospat yang larut, dengan mudah tesedia bagi tanaman,
tetapi ketersediaan bentuk-bentuk lain belum ditentukan dengan pasti.
Konsentrasi fosfor dalam air sangat rendah : konsentasi ortophospate yang
biasanya tidak lebih dari 5-20mg/liter dan jarang melebihi 1000mg/liter. Fosfat
ditambahkan sebagai pupuk dalam kolam, pada awalnya tinggi orthophospat yang
terlarut dalam air dan konsentrasi akan turun dalam beberapa hari setelah
perlakuan.
Menurut
Muchtar (2002), fitoplankton merupakan salah satu parameter biolagi yang erat
hubungannya dengan fosfat dan nitrat. Tinggi rendahnya kelimpahan fitoplankton
disuatu perairan tergantung tergantung pada kandungan zat hara fosfat dan
nitrat. Sama halnya seprti zat hara lainnya, kandungan fosfat dan nitrat
disuatu perairan, secara alami terdapat sesuai dengan kebutuhan
organisme yang hidup diperairan tersebut.
C. Parameter Biologi
Parameter biologi dari kualitas air
yang biasa dilakukan pengukuran untuk kegiatan budidaya ikan adalah tentang
kelimpahan plankton, benthos dan perifiton sebagai organisme air yang hidup di
perairan dan dapat digunakan sebagai pakan alami bagi ikan budidaya.
a) Plankton
Plankton sebagai organisme perairan
tingkat rendah yang melayang-layang di air dalam waktu yang relatif lama
mengikuti pergerakan air. Plankton pada umumnya sangat peka terhadap perubahan
lingkungan hidupnya (suhu, pH, salinitas, gerakan air, cahaya matahari dll)
baik untuk mempercepat perkembangan atau yang mematikan. Berdasarkan ukurannya,
plankton dapatdibedakan sebagai berikut :
1. Macroplankton
(masih dapat dilihat dengan mata telanjang/ biasa/tanpa pertolongan mikroskop).
2. Netplankton atau
mesoplankton (yang masih dapat disaring oleh plankton net yang mata netnya 0,03
– 0,04 mm).
3. Nannoplankton
atau microplankton (dapat lolos dengan plankton net diatas).
Berdasarkan tempat hidupnya dan daerah penyebarannya,
plankton dapat merupakan :
1. Limnoplankton
(plankton air tawar/danau)
2. Haliplankton
(hidup dalam airmasin)
3. Hypalmyroplankton
(khusus hidup di air payau)
4. Heleoplankton
(khusus hidup dalam kolam-kolam)
5. Petamoplankton
atau rheoplankton (hidup dalam air mengalir, sungai)
b) Bakteri
Sudjarwo, (2007) Pada ekosistem
perairan alami bakteri memiliki peran sebagai reduktor/dekomposer yang
mengontrol proses komponen organik misalnya polimer protein atau karbohidrat
menjadi senyawa yang lebih sederhana, secara umum bakteri berdasarakan cara
mendapatkan oksigen dibagi menjadi dua yaitu bakteri aerob dan anaerob.
Kelompok aerob memerlukan oksigen bebas dalam mengoksidasi nutrien (misalnya
glukosa) untuk memperoleh energi contohnya : Azotobacter, Nitrosomonas,
Nitrococcus dan Nitrobacter. Silalahi (2001), menyatakan dalam kehidupan
manusia bakteri mempunyai peranan yang menguntungkan dan merugikan pada dunia
akuakultur bakteri yang menguntungkan contohnya :Basillus spp, Nitrosomonas,
Nitrobacter bakteri tersebut berperan dalam proses dekomposisi bahan
organik dasar tambak dan berperan dalam proses nitrifikasi.
2.3 Limbah
Limbah adalah buangan yang
dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik (rumah
tangga). Dampak yang ditimbulkan limbah sangat bervariasi tergantung dari
jeni slimbah , volume, jenis industri dan penggunaan produk oleh masyarakat,
limbah industri merupakan sumber utama yang menyebabkan pencemaran air pada
saat ini dan banyak fakta menunjukkan peningkatan polusi setiap tahun terutama
oleh Negara-Negara yang maju industrinya, tingkat pembuangan
limbah domestik dan industri sangat berfariasi serta jumlah besar
yang tidak diproses lebis lanjut menyebabkan kualitas perairan menjadi tidak
stabil serta kemampuan badan air tidak mampu mengencerkan terutama limbah cair
sehingga ketersedian kuantitas yang cukup dan kuantitas air yang
memadai menjadi terancam. Regulasi yang dihasilkan limbah industri
mengejar hasil dan keuntungan yang tinggi tanpa memperhatikan kaidah-kaidah
keseimbangan dan keberlanjutan ekologi yang pada akhirnya
menimbulkan bahaya kesehatan terhadap organisme dan
manusia odumosu , 1992. Ogedengbe dan akinbile, 2004.
Sangodoin, 1991.
Pengelolaan air dan pembuangan
limbah industri merupakan faktor membutuhkan biaya yang signifikan dan aspek
penting dalam menjalankan sebuah industri. Limbah industri meningkatkan
konsentrasi polutan baik air maupun sedimen. Polutan pada konsentrasi yang
tinggi dapat menjadi racun bagi organime yang berbeda, efluen juga menimbulkan
dampak negatif yang besar terhadap kualitas air yang diperuntukkan untuk
kepentingan manusia, maupun organisme. Sehingga setiap efluan dianjukan untuk
mentritmen limbah terlebih dahulu agar dapat meminimalisir dampak, oleh karena
itu setiap industri yang membuang limbah tanpa melalui tritmen maka dikenakan
sangsi berupa pengenaan biaya langsung, pemantauan dan pengawasan sangat
penting untuk menjamin perlindungan sumberdaya air dan degradasi lebih lanjut.
Setiap negara mencoba membuang limbah dengan biaya rendah, sedangkan peraturan
yang terapkan oleh pemerintah di perketat. Konsumsi air di pada setiap
Negara tidak hanya memperhatikan faktor ekonomi, akan tetapi faktor
pengelolaan limbah yang terkait dengan proses dan kinerja alat sangat perperan
dalam penurunan konsentrasi limbah sebelum dibuang ke
lingkungan. Selain itu, posisi industri yang menghasilkan produk
alami, menjaga citra mereka dalam memasarkan hasil produksinya dan kebijakan
pengelolaan limbah yang tepat dan sesuai dengan ketetapan
pemerintah.
2.4
Hubunagan Kualitas Air Dengan Tingkat Pertumbuhan Manusia
Lebih kurang
perempat bagian dari permukaan bumi tertutup oleh air. Dari segi ekosistem air
dapat di bedakan menjadi air tawar, asin, laut, dan air payau. Dari beberapa
air tersebut yang tersebar adalah air laut dan air payau, sisanya adalah air
tawar yang justru dibutuhkan oleh manusia dan banyak jasad hidup lainnya untuk
keperluan hidup. Air bukanlah produk dari suatu hasil komersialisasi
seperti halnya barang yang lain, namun lebih condong disebut sebagai warisan
yang harus dilindungi, dipertahankan, dan diperlakukan dengan benar
Air
merupakan hajat hidup kita. Kita meminumnya untuk mempertahankan hidup. Kita
mencuci dengan air. Air pula adalah hal yang utama bagi pertanian dalam hal
pengairan persa-wahan, dan juga bagi peternakan. Air dalam perindustrian
digunakan selain sebagai bagian dari proses produksi juga dipakai sebagai
pendingin. Selain itu, air menyediakan habitat hidup bagi ikan dan binatang air
lainnya. Disamping itu memiliki peran psikologis yang penting dalam hal
menyediakan area rekreasi juga bagi keindahan alam. Sebagai tambahan, air
memiliki peran yang sangat penting pula dalam proses dan membuang limbah yang
berasal dari domestik atau perindustrian. Pembua-ngan limbah padat atau cair ke
perairan dapat menimbulkan pencemaran air. Pencemaran air dapat muncul dalam
berbagai macam cara. Bahan-bahan seperti limbah kotoran domestik, bahan kimia,
deterjen adalah pencemaran yang umum dibuang ke perairan apakah itu disengaja
atau tidak disengaja.. Perta-nian juga salah satu penyebab utama dalam
pencemaran air dalam hal penggunaan pestisida atau pupuk yang berbahan kimia,
disamping limbah industri, yaitu sisa produksi yang ber-bentuk zat cair yang
dibuang melalui pipa-pipa perusahaan ke saluran air umum. Akibat pencemaran air
pada saluran air ini dapat menyebabkan kerusakan atau timbul penyakit
bagi binatang serta tetumbuhan air, termasuk manusia.
Air merupakan komponen lingkungan
yang penting bagi kehidupan. Makhluk hidup di muka bumi ini tak dapat
terlepas dari kebutuhan akan air. Air merupakan kebutuhan utama bagi
proses kehidupan di bumi, sehingga tidak ada kehidupan seandainya di bumi tidak
ada air. Namun demikian, air dapat menjadi malapetaka bilamana tidak
tersedia dalam kondisi yang benar, baik kualitas maupun kuantitasnya. Air
yang relatif bersih sangat didambakan oleh manusia, baik untuk keperluan
hidup sehari-hari, untuk keperluan industri, untuk
kebersihansanitasi kota, maupun untuk keperluan pertanian dan lain
sebagainya.
Menurut O-fish(2010), kualitas air secara umum
menunjukkan mutu atau kondisi air yang dikaitkan dengan suatu kagiatan atau
keperluan tertentu. Dewasa ini, air menjadi masalah yang perlu mendapat
perhatian yang serius. Untuk mendapat air yang baik sesuai dengan standar
tertentu, saat ini menjadi barang yang mahal, karena air sudah banyak
tercemar oleh bermacam-macam limbah dari berbagai hasil kegiatan manusia.
Sehingga secara kualitas, sumberdaya air telah mengalami penurunan. Demikian
pula secara kuantitas, yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus
meningkat.
Jadi, hubungan antara kualitas air
dan tingkat pertumbuhan manusia adalah semakin banyak lingkungan perairan yang
baik kualitasnya, maka banyak manusia yang mengkonsumsi air tersebut sehingga
air dengan kualitas yang baik yang diminum dapat menjaga kesehatan tubuh yang
seceara otomatis juga meningkatnya pertumbuhan manusia, begitu pula sebalikanya
semakin buruk kualitas suatu perairan yang diakibatkan oleh pencemaran, maka
banyak manusia yang secara tidak langsung mengkonsumsinya berdampak pada
tubuhnya dan bisa menimbulkan kematian. Kualitas air pada perairan juga
berdampak pada organisme yang ada di perairan tersebut, air yang sudah tercemar
oleh zat beracun pada tubuh ikan dan secara tidak lansgung, ikan
yang dikonsumsi oleh manusia dan akan berdampak pada tubuhnya.
Komentar
Posting Komentar